Bagaimanapun juga untuk pemancar
televisi warna harus memenuhi syarat ‘kompatibilitas’. Dengan sifat seperti ini
sinyal yang dpancarkan oleh pemancar televisi warna akan dapat ditangkap dengn
baik oleh penerima televisi warna. Begitu juga untuk penerima televisi warna
harus mampu menerima sinyal (khususnya sinyal gambar) yang dipancarkan oleh
pemancar televisi warna dan mampu menampilkan gambar sebagaimana mestinya.
Untuk itu pada modul ini mahasiswa diajak untuk memahami tentang sistem
standard televisi (standard PAL), sinyal lunimansi, sinyal selisih warna,
sinyal krominansi dan pemodulasian secara kuadratur.
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan tentang sistem standard televisi (standard PAL),
sinyal lunimansi, sinyal selisih warna, sinyal krominansi dan sinyal ledakan
dan sinyal suara. Untuk menunjang kemampuan tersebut mahasiswa akan diberikan latihan-latihan
sehingga mahasiswa akan lebih memahami konsep sinyal televisi warna standard.
PENYAJIAN MATERI
Untuk
pemancar televisi warna harus memancarkan 5 (lima) isyarat pokok yaitu :
·
Isyarat yang berkenaan
dengan suara
·
Isyarat yang berkenaan
dengan kecerahan atau kecerlangan gambar yang disebut sebagai ‘sinyal
luminansi’, dan sinyal luminansi ini harus mengandung sedikit mungkin sinyal
warna.
·
Isyarat yang berkenaan
dengan nada warna atau sinyal krominan dimana sinyal krominan ini harus
mengandung sedikit mungkin sinyal luminansi.
·
Isyarat untuk
sinkronisasi vertical dan horizontal
·
Dan sinyal ledakan
(burst signal)
Pada hakekatnya, standard televisi
warna yang digunakan ada dua macam, yaitu sistem phase Alternation Line (PAL) dan sistem Nasional Television System Committee (NTSC).
Sistem PAL Standard
PAL Standard merupakan sistem yang
digunakan di Indonesia. Sistem ini memenuhi sifat kompatibilitas, dan ia
merupakan perbaikan dari sistem NTSC. Pada PAL standard reproduksi dari warna
gambar asli dapat dilakukan dengan baik pada penerima televisi warna. Bahkan
sinyal itupun dapat diterima serta direproduksi dengan baik pula oleh penerima
televisi monokrom, sehingga dapat menghasilkan gambar hitam-putih yang sesuai.
Begitu pula untuk program hitam-putih
dapat diterima dengan baik oleh penerima televisi warna serta mampu
mereproduksi gambar hitam-putih sebagaimana mestinya.
Itu semua dikarenakan adanya sinyal
luminan yang mengatur terangnya gambar (sinyal luminan ini sifatnya sama dengan
sinyal gambar untuk televisi hitam-putih) serta sinyal krominan yang mengatur
nada warna primer yang ada.
Gambar 1. Sinyal warna
yang ditangkap kamera dan diumpankan
ke rangkaian matriks
Bentuk dasar dari sistem kamera TV
warna ditunjukkan pada gambar 1 Disini sinyal warna primer MHB diproses dalam
rangkaian Matriks. Dari rangkaian Matriks inilah kemudian di pancarkan sinyal
luminan dan sinyal krominan. Dengan demikian bila program yang dipancarkan oleh
pemancar TV warna diterima oleh penerima TV monokrom, maka yang berguna
hanyalah sinyal luminan, sedangkan bila program tersebut diterima oleh penerima TV warna maka kedua
sinyal itu digunakan (sinyal luminan dan krominan).
Pada penerima TV warna, sinyal
luminan dan sinyal krominan digabungkan menjadi satu untuk memperoleh sinyal
MHB. Sinyal luminan dinyatakan dengan Y. Untuk memperoleh warna primer MHB dari
tiga komponen sinyal (M-Y), (H-Y) dan (B-Y), maka dapat dibentuk dengan
menggunakan Y sebagai berikut:
(M-Y)
+ Y = M
(H-Y)
+ Y = H
(B-Y)
+ Y = B
Sinyal-sinyal
(M-Y), (H-Y), (B-Y) disebut sebagai ‘Color difference signal’ (sinyal
selisih warna a).
Sinyal Luminansi
Bahwa
untuk memproduksi gambar hitam-putih pada penerima TV monokrom apabila ia
menerima isyarat warna, maka pemancar TV warna perlu memancarkan sinyal
luminansi (sinyal kecerlangan gambar) atau sinyal Y.
Untuk
membuat sinyal Y adalah dengan jalan mencampur 3 sinyal warna primer MHB (yang
dilakukan oleh tabung kamera) dengan perbandingan tertentu dilakukan dengan
menggunakan rangkaian matriks.
Pencampuran
dari ketiga isyarat warna primer untuk memperoleh sinyal luminansi menggunakan
perbandingan yang disesuaikan dengan tingkat kepekaan indera mata dalam
menangkap kuat cahaya. Karena mata memiliki kepekaan yang paling tinggi
terhadap kuat warna hijau maka menggunakan 59%. Kemudian untuk merah 30% dan
biru 11% (karena mata paling kurang peka terhadap warna biru). Jadi untuk
memperoleh sinyal luminan adalah dengan memperhatikan sifat kepekaan mata
terhadap kuat cahaya warna dan mencampurnya menjadi satu.dengan demikian
perbandingan itu ditulis sebagai berikut:
Y = 0,3M + 0,59H +
0,11B
Kalau
misalnya obyek yang diambil berwarna putih terang, maka ketiga tabung gambar
akan memiliki keluaran yang sama. Hal ini dikarenakan pada televisi sudah
dikonstruksi sedemikian rupa sehingga bila obyek yang diambil putih terang, masing-masing
output tabung gambar akan memiliki level sama dan berharga 1 Volt. Jadi bila
tegangan Merah Hijau dan Biru masing-masing 1 Volt, maka untuk Y juga 1 Volt
sebagaimana rumus yang telah disebutkan. Tetapi kalau misalnya kamera mengambil
obyek merah 1 Volt, sedangkan hijau dan biru masing-masing 0 Volt, maka
tegangan Y bernilai 0,3 Volt.
Sinyal
luminan dinyatakan dengan Y, tegangan dinyatakan dengan V, maka tegangan sinyal
luminan dinyatakan dengan VY, tegangan sinyal merah dinyatakan
dengan VM, tegangan sinyal hijau dinyatakan dengan VH,
dan tengan sinyal biru VB, lalu untuk menyatakan tegangan luminansi:
Y = 0,3M + 0,59H +
0,11B
Tegangan
luminansi:
VY = 0,3VM
+ 0,59VH + 0,11VB
kalau
masing-masing kamera menghasilkan tegangan dan dikalikan dengan masing-masing
ketentuan, hasil kali dari ketiga tegangan itu dijumlahkan. Artinya kalau
tegangan yang dihasilkan kamera merah dikalikan 0,3, tegangan kamera hijau
dikalikan 0,59 dan tegangan yang dihasilkan kamera biru dikalikan 0,11,
kemudian hasil kali dari ketiga tegangan
itu dijumlahkan, maka akan didapat gambar monokrom.
Sinyal Selisih Warna
Penembak-penembak
electron dalam tabung gambar perlu dikemudikan dengan tegangan-tegangan yang
bersala dari tabung kamera M, H dan B. kalau pada pemancar tengah melakukan
pemodulasian MHB, maka dalam penerima pun setelah terjadi pendeteksian akan
terdapat pula MHB. Sinyal-sinyal MHB inilah yang nantinya akan mengemudikan
penembak-penembak electron dalam tabung gambar.
Contoh
soal:
Dimisalkan
penerima TV warna menerima informasi sinyal yang terdiri dari :
Sinyal
Y = 0,12 Volt
Sinyal
M = 2 Volt dan
Sinyal
B = 6 Volt.
Berapakah
penerima TV warna memproduksi sinyal H?
Jawab:
Diketahui
Y = 0,12 Volt, M = 2 Volt dan B = 6 Volt
Dari
persamaan : Y= 0,3M + 0,59H + 0,11B
VY
= 0,3 VM + 0,59 VH + 0,11 VB
0,12
= 0,3.2 + 0,59 .VH + 0,11.6
0,12
= 0,6 + 0,59 + 0,66
Jadi
H = (0,6 + 0,59 + 0,66) .0,12
H
= 0,22 Volt
Sebenarnya
Merah dan Biru tidak dipancarkan sebagai sinyal M dan sinyal B, tetapi pemancar
mereproduksi tegangan sinyal (M-Y) dan (B-Y). sinyal-sinyal (M-Y) dan (B-Y)
inilah yang dimodulasikan pada gelombang pembawa serta dipancarkan. Sinyal M-Y
ini disebut sebagai ‘sinyal selisih merah’ dan B-Y ini disebut sebagai ‘sinyal
selisih biru’.
Sinyal
selisih warna ini berbeda dengan sinyal luminan. Kalau sinyal luminan berkenaan
dengan kecerlangan gambar. Tetapi sinyal selisih warna adalah memberi informasi
tingkat warna serta kejenuhan (kroma).
Sinyal
selisih warna ini dibentuk dari warna primer dengan jalan mengurangi dengan
sinyal luminan yang dilakukan pada rangkaian matriks. Sinyal selisih warna
berubah dengan berubahnya krominansi dan kejenuhan obyek. Cara membentuk sinyal
selisih warna perlu diketahui lebih dahulu persamaan-persamaan:
Y
=
0,3M + 0,59H + 0,11B
M-Y
= (0,59+0,11)M – 0,59H – 0,11B
= 0,7M – 0,59H – 0,11B
B-Y
= -0,3M – 0,59H + (0,3+0,59)B
=
-0,3M – 0,59H + 0,89B
H-Y
= -0,3M + (0,3 + 0,11)H – 0,11B
=
-0,3 + 0,41H – 0,11B
Seperti
yang diketahui bahwa untuk membuat sinyal (H-Y) adalah dengan mencampur sinyal
(M-Y) dan (B-Y). dengan demikian berdasarkan persamaan-persamaan dapat
diketahui:
Y
= 0,3M
+ 0,59H + 0,11B
0,3M
+ 0,59H + 0,11B – Y = 0
Y
= 0,3Y + 0,59H + 0,11Y
Dari
persamaan yang sudah disebutkan maka didapat:
0,3
(M-Y) + 0,59 (H-Y) + 0,11 (B-Y) = 0
0,59
(H-Y) = -0,3 (M-Y) – 0,11 (B-Y)
(H-Y)
= - 0,3/0,59 (M-Y) – (0,11/0,59) (B-Y)
= -0,51 (M-Y) – 0,19
(B-Y)
Dari
persamaan yang ada terlihat bahwa (H-Y) adalah -0,51 (M-Y) – 0,19 (B-Y). dengan
demikian bila dilakukan pencampuran 51% (M-Y) dengan 19% (B-Y) serta
polaritasnya berlawanan maka akan dihasilkan (H-Y). Jadi bila pemancar
mengirimkan sinyal selisih warna (M-Y) dan (B-Y) maka penerima sudah mampu
menghasilkan (H-Y) sebagai sinyal selisih warna yang lain.
Dari
uraian diatas dapat dikatakan bahwa pemancar hanya memancarkan sinyal-sinyal Y,
(M-Y) dan (B-Y) atau sinyal luminan, sinyal selisih warna meran dan sinyal
selisih warna biru. Untuk sinyal selisih warna merah dan sinyal selisih warna
biru akan dipancarkan apabila kedua sinyal itu telah terlebih dahulu
dilemahkan. Dalam sistem PAL standard, sinyal selisih waran merah (M-Y) yang
sudah dilemahkan disebut sebagai sinyal ‘V’, sedangkan sinyal selisih warna
biru yang sudah dilemahkan (B-Y) disebut sinyal ‘U’ dengan lebar bidang dari
masing-masing sinyal itu adalah 1,3 MHz, dan berlaku rumus:
V
= 0,877 (M-Y)
U=
0,493 (B-Y)
Sinyal Krominan
Getaran
sinyal video diuraikan dalam bentuk gelombang sinus, maka terjadi getaran-getaran
yang berbentuk kelompok-kelompok yang terjadi dalam jalur samping serta dalam
keadaan yang tidak merata. Jarak antara puncak kelompok yang satu dengan puncak
kelompok yang lain adalah 15625 Hz atau sama dengan frekuensi penelususran
horizontal. Sedangkan untuk setiap satu kelompok jarak antara garis yang satu
dengan garis yang adalah 25 Hzkalau letak dari kelompok-kelompok ini semakin
menuju ke tepi jalur video, maka getaran amplitude sampingnya semakin kecil.
Dengan
adanya hal seperti itu maka sudah selayaknya kalau transmisi warna serta
informasi warna ditumpangkan pada bagian puncak dari jalur studio tersebut,
sehingga terbentuklah sinyal studio minimal dalam sinyal krominansi.
Perlu
diketahui bahwa sub carrier yang membawa informasi warna atau yang disebut
sebagai gelombang sub pembawa warna, terletak pada frekuensi 4,43361875 MHz,
dan gelombang sub pembawa warna untuk mengangkat sinyal V dan U yang terletak
pada bagian tertinggi dari jalur sinyal video.
Dalam
melakukan pekerjaan pemodulasian, timbullah adanya jalur-jalur samping.
Jalur-jalur sampingini terdiri dari bagian-bagian kelompok getaran sinus dan
berada diantara kelompok-kelompok getaran sinus. Jadi dapat dikatakan bahwa
jalur samping berada disela-sela kelompok getaran sinus yang satu dengan
kelompok sinus yang lain. Secara keseluruhan sinyal jalur samping ini disebut
sebagai sinyal tingkat warna atau sinyal krominansi (sinyal nada warna). Dan
biasanya sinyal krominansi ini dinyatakan dengan ‘F’
Dari
uraian dapat disimpulkan bahwa sinyal Y mengandung sinyal krominansi dan dan
sinyal krominansi mengandung frekuensi video yang tinggi. Distorsi yang paling
tinggi terjadi karena adanya sinyal krominansi yang melalui jalur video selama
berlangsungnya pereproduksian warna-warna jenuh.
Sinyal Ledakan (Burst Signal)
Apa
yang disebut dengan burst signal atau sinyal ledakan sebenarnya merupakan
pengganti gelombang pembawa warna yang tidak dipancarkan oleh pemancar. Sebab
pada suatu saat pemancar akan memancarkan suatu sinyal nada warna dengan
amplitude atau fasa tertentu. Dengan adanya hal ini, maka pada penerima harus
mampu menentukan kedudukan vector nada warna bersangkutan. Untuk kepentingan
ini tersedialah apa yang disebut sinyal ledakan atau burst signal. Karena untuk
setiap vector dari nada warna yang masuk apda waktu diterimanya garis telusur,
keadaan ini dibandingkan dengan fasa dari sinyal ledakan. Dengan cara tersebut
pada penerima akan dapat menentukan sendiri nada warna apa dan dengan derajat
kejenuhan berapa yang masuk pada saat itu.
Dari
uraian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa susunan sinyal TV pembawa
warna terdiri dari:
-
Sinyal luminan
-
Sinyal sub pembawa
warna atau sinyal korminansi
-
Sinyal ledakan
-
Sinyal sinkronisasi
Untuk sinyal sub pembawa warna atau sinyal
korminansi dipancarkan pada frekuensi 4,43 MHz yang didalamnya terkandung
komponen kroma. Kalau warna yang dihasilkan termasuk warna jenuh tinggi, maka
amplitude menjadi besar, sedangkan kalau tingkat kejenuhannya rendah, maka
amplitudonya menjadi kecil.
Antara
sinyal sub pembawa warna dan sinyal ledakan fasanya berubah-ubah sesuai dengan
tingkat warna obyek yang diambil.
Sinyal Suara
Transmisi
suara menempati gelombang pembawa yang bersebelahan dengan gelombang pembawa
gambar , namun terpisah sama sekali dan bangkitkan derta dimodulasikan secara
tersendiri pula. Pada transmisi suara menggunakan modulasi frekuensi atau FM.
Hal ini identik dengan apa yang digunakan untuk transmisi VHF.
Sinyal
suara pada pemancar dimodulasikan dengan pembawa yang mempunyai frekuensi 5,5
MHz lebih tinggi dari pembawa video.
Sistem Standard NTSC
Pada
dasaranya untuk sistem standar NTSC, tidak jauh berbeda dengan PAL standard.
Letak perbedaannya hanya terdapat pada cara pembuatan sinyal sub pembawa warna.
Sinyal Luminan dan Sinyal Selisih Warna
Pada
sistem TV warna standard NTSC, bakuan warna yang digunakan tidak berbeda dengan
sistem PAL standard, yaitu warna primer adalha merah, hijau dan biru. Prosedur
pengambilan ketiga warna primer yang dilakukan oleh tabung kamera TV warna juga
identik dengan standard PAL. Warna-warna itu diubah menjadi sinyal luminan dan
sinyal selisih warna. Hasil dari susunan isyrat gambar itu kemudian dipancarkan
dengan menggunakan lebar bidang frekuensi yang sama dengan sistem pemancaran TV
monokrom sistem FCC.
Sinyal-sinyal
yang dipancarkan oleh pemancar TV warna sistem standard NTSC juga tidak berbeda
dengan sinyal-sinyal seperti yang ada pada sistem PAL standard. Yaitu sinyal
luminan (Y) , (Y=0,3M + 0,59 H + 0,11B) dan sinyal selisih warna yang juga
diwakili oleh (M-Y) dan (B-Y). sedangkan pada penerima TV warna standard NTSC
terdapat sinyal selisih warna yang lain, yaitu sinyal (H-Y) yang bisa
direproduksi sendiri dengan menggunakan sinyal luminan (Y) dan kedua sinyal
selisih warna (M-Y) dan (B-Y) sebgaimana sistem PAL standard. Dengan demikian
ketiga sinyal selisih warna (M-Y), (H-Y) dan (B-Y) dapat dihasilkan dengan
jalan mencampur sinyal warna primer (MHB) dengan sinyal (Y) seperti yang
dilakukan pada standard PAL.
Lebih
bidang frekuensi untuk sinyal selisih warna pada sistem NTSC ditentukan sebesar
500 KHz. Dengan lebar bidang frekuensi yang termasuk dalam kategori daerah luas
ini dimaksudkan untuk memudahkan mata dalam membedakan warna-warna. Sebab mata
kurang bisa menerima atau kurang peka terhadap perbedaan warna yang terletak
pada respon frekuensi daerah sempit.
Sub
pembawa warna yang termodulasi oleh kedua sinyal selisih warna (M-Y) dan (B-Y)
dan berfrekuensi 3,579545 MHzini dipancarkan bersama sinyal luminan.
Gelombang Pembawa Warna
Dua
gelombang sub pembawa warna yang digunakan dalam sistem NTSC terletak pada
respon frekuensi 3,58 MHz dengan perbedaan fasa sebesar 900. Kedua gelombang
sub pembawa warna tersebut dimodulasi seimbang dan dicampur dengan kedua sinyal
selisih warna.
Amplitude
dan fasa dari sub pembwa warna tergantung dari sinyal selisih warna, terutama
tingkat warna obyek yang dijadkan sasaran. Amplitude dari sinyal sub pembawa
warna ini akan menghasilkan tingkat kejenuhan warna obyek, sedangkan sinyal
fasa menghasilkan nada pada warna obyek.
Pencampuran
antara sinyal sub pembawa warna dengan sinyal luminan menggunakan metoda
penyisipan frekuensi. Sinyal sub pembawa warna berada diantara sinyal luminan
dengan jalan penyisipan. Antara puncak yang satu dengan puncak yang lain dari
sinyal luminan berada pada frekuensi 15,750 Hz yang merupakan frekuensi
penelusuran horizontal. Dengan demikian frekuensi dari sinyal sub pembawa warna
menggunakan metoda penyisipan frekuensi. Untuk sistem standard NTSC, frekeuensi
sinyal sub pembawa warna merupakan perkalian ganjil frekuensi penelusuran
horizontal.
Untuk
sistem standard NTSC, frekuensi penelusuran horizontal adalah 15,750 Hz,
frekuensi sub pembawa warna 3,58 MHz, beda frekuensi video dengan suara 4,5 MHz
dan frekuensi penelusuran vertical 60 MHz (tetapnya 59,94 MHz). standard garis
yang digunakan pada sistem NTSC adalah 525 (untuk PAL 625). Dengan demikian
untuk satu bidang raster mempunyai garis penelusuran horizontal 262,5 (untuk
PAL 312,5).
PENUTUP
A. Rangkuman
Untuk pemancar televisi warna harus
memancarkan 5 (lima) isyarat pokok yaitu :
·
Isyarat yang berkenaan
dengan suara
·
Isyarat yang berkenaan
dengan kecerahan atau kecerlangan gambar yang disebut sebagai ‘sinyal
luminansi’, dan sinyal luminansi ini harus mengandung sedikit mungkin sinyal
warna.
·
Isyarat yang berkenaan
dengan nada warna atau sinyal krominan dimana sinyal krominan ini harus
mengandung sedikit mungkin sinyal luminansi.
·
Isyarat untuk
sinkronisasi vertical dan horizontal
·
Dan sinyal ledakan
(burst signal)
standard televisi warna yang digunakan
ada dua macam, yaitu sistem phase
Alternation Line (PAL) dan sistem Nasional
Television System Committee (NTSC).
Sinyal
luminan yang mengatur terangnya gambar (sinyal luminan ini sifatnya sama dengan
sinyal gambar untuk televisi hitam-putih) serta sinyal krominan yang mengatur
nada warna primer yang ada.
Sinyal luminan dinyatakan dengan Y.
Untuk memperoleh warna primer MHB dari tiga komponen sinyal (M-Y), (H-Y) dan
(B-Y)
Sinyal selisih warna ini dibentuk dari
warna primer dengan jalan mengurangi dengan sinyal luminan yang dilakukan pada
rangkaian matriks. Sinyal selisih warna berubah dengan berubahnya krominansi
dan kejenuhan obyek
Sebenarnya Merah dan Biru tidak
dipancarkan sebagai sinyal M dan sinyal B, tetapi pemancar mereproduksi
tegangan sinyal (M-Y) dan (B-Y). sinyal-sinyal (M-Y) dan (B-Y) inilah yang
dimodulasikan pada gelombang pembawa serta dipancarkan. Sinyal M-Y ini disebut
sebagai ‘sinyal selisih merah’ dan B-Y ini disebut sebagai ‘sinyal selisih biru’.
Sinyal selisih warna ini berbeda dengan
sinyal luminan. Kalau sinyal luminan berkenaan dengan kecerlangan gambar.
Tetapi sinyal selisih warna adalah memberi informasi tingkat warna serta
kejenuhan (kroma).
susunan sinyal TV pembawa warna terdiri
dari:
-
Sinyal luminan
-
Sinyal sub pembawa
warna atau sinyalkorminansi
-
Sinyal ledakan
-
Sinyal sinkronisasi
Pada transmisi suara menggunakan
modulasi frekuensi atau FM. Hal ini identik dengan apa yang digunakan untuk
transmisi VHF.
Sinyal suara pada pemancar dimodulasikan
dengan pembawa yang mempunyai frekuensi 5,5 MHz lebih tinggi dari pembawa
video.
B. Latihan
Soal/test
1. Bagaimana
cara memperoleh colour difference signal?
2. Sebutkan
lima isyarat pokok untuk pemancar televisi warna!
3. Bagaimana
cara membentuk sinyal selisih warna!
4. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan sinyal krominan!
5. Jelaskan
letak perbedaan standard NTSC dengan standard PAL!
C. Kunci
Jawaban
1. Untuk
memperoleh warna primer MHB dari tiga komponen sinyal (M-Y), (H-Y) dan (B-Y),
maka dapat dibentuk dengan menggunakan Y sebagai berikut:
(M-Y)
+ Y = M
(H-Y)
+ Y = H
(B-Y)
+ Y = B
Sinyal-sinyal (M-Y), (H-Y), (B-Y)
disebut sebagai ‘Color difference signal’
2. Untuk
pemancar televisi warna harus memancarkan 5 (lima) isyarat pokok yaitu :
· Isyarat
yang berkenaan dengan suara
· Isyarat
yang berkenaan dengan kecerahan atau kecerlangan gambar yang disebut sebagai
‘sinyal luminansi’, dan sinyal luminansi ini harus mengandung sedikit mungkin
sinyal warna.
· Isyarat
yang berkenaan dengan nada warna atau sinyal krominan dimana sinyal krominan
ini harus mengandung sedikit mungkin sinyal luminansi.
· Isyarat
untuk sinkronisasi vertical dan horizontal
· Dan
sinyal ledakan (burst signal)
3. Cara
membentuk sinyal selisih warna perlu diketahui lebih dahulu
persamaan-persamaan:
Y =
0,3M + 0,59H + 0,11B
M-Y =
(0,59+0,11)M – 0,59H – 0,11B
=
0,7M – 0,59H – 0,11B
B-Y =
-0,3M – 0,59H + (0,3+0,59)B
= -0,3M – 0,59H + 0,89B
H-Y =
-0,3M + (0,3 + 0,11)H – 0,11B
= -0,3 + 0,41H – 0,11B
Seperti yang diketahui bahwa untuk
membuat sinyal (H-Y) adalah dengan mencampur sinyal (M-Y) dan (B-Y). dengan
demikian berdasarkan persamaan-persamaan dapat diketahui:
Y =
0,3M + 0,59H + 0,11B
0,3M + 0,59H + 0,11B –
Y = 0
Y = 0,3Y
+ 0,59H + 0,11Y
Dari persamaan yang sudah disebutkan
maka didapat:
0,3 (M-Y) + 0,59 (H-Y) + 0,11 (B-Y) = 0
0,59 (H-Y) = -0,3 (M-Y) – 0,11 (B-Y)
(H-Y) =
- 0,3/0,59 (M-Y) – (0,11/0,59) (B-Y)
= -0,51 (M-Y) – 0,19
(B-Y)
4. Getaran
sinyal video diuraikan dalam bentuk gelombang sinus, maka terjadi
getaran-getaran yang berbentuk kelompok-kelompok yang terjadi daam jalur
samping serta dalam keadaan yang tidak merata. Jarak antara puncak kelompok
yang satu dengan puncak kelompok yang lain adalah 15625 Hz atau sama dengan
frekuensi penelususran horizontal. Sedangkan untuk setiap satu kelompok jarak
antara garis yang satu dengan garis yang adalah 25 Hzkalau letak dari
kelompok-kelompok ini semakin menuju ke tepi jalur video, maka getaran
amplitude sampingnya semakin kecil.
Dengan adanya hal seperti itu maka sudah
selayaknya kalau transmisi formasi warna ditumpangkan pada bagian puncak dari
jalur studio tersebut, sehingga terbentuklah sinyal studio minimal dalam sinyal
krominansi.
Perlu diketahui bahwa sub carrier yang
membawa informasi warna atau yang disebut sebagai gelombang sub pembawa warna,
terletak pada frekuensi 4,43361875 MHz, dan gelombang sub pembawa warna untuk
mengangkat sinyal V dan U yang terletak pada bagian tertinggi dari jalur sinyal
video.
5. Pada
dasaranya untuk sistem standar NTSC, tidak jauh berbeda dengan PAL standard. Letak
perbedaannya hanya terdapat pada cara pembuatan sinyal sub pembawa warna.
Dua gelombang sub pembawa warna yang
digunakan dalam sistem NTSC terletak pada respon frekuensi 3,58 MHz dengan
perbedaan fasa sebesar 900. Kedua gelombang sub pembawa warna tersebut
dimodulasi seimbang dan dicampur dengan kedua sinyal selisih warna.
Amplitude dan fasa dari sub pembwa warna
tergantung dari sinyal selisih warna, terutama tingkat warna obyek yang
dijadkan sasaran. Amplitude dari sinyal sub pembawa warna ini akan menghasilkan
tingkat kejenuhan warna obyek, sedangkan sinyal fasa menghasilkan nada pada
warna obyek.
Pencampuran antara sinyal sub pembawa
warna dengan sinyal luminan menggunakan metoda penyisipan frekuensi. Sinyal sub
pembawa warna berada diantara sinyal luminan dengan jalan penyisipan. Antara
puncak yang satu dengan puncak yang lain dari sinyal luminan berada pada
frekuensi 15,750 Hz yang merupakan frekuensi penelusuran horizontal. Dengan
demikian frekuensi dari sinyal sub pembawa warna menggunakan metoda penyisipan
frekuensi. Untuk sistem standard NTSC, frekeuensi sinyal sub pembawa warna
merupakan perkalian ganjil frekuensi penelusuran horizontal.
Untuk sistem standard NTSC, frekuensi
penelusuran horizontal adalah 15,750 Hz, frekuensi sub pembawa warna 3,58 MHz,
beda frekuensi video dengan suara 4,5 MHz dan frekuensi penelusuran vertical 60
MHz (tetapnya 59,94 MHz). standard garis yang digunakan pada sistem NTSC adalah
525 (untuk PAL 625). Dengan demikian untuk satu bidang raster mempunyai garis
penelusuran horizontal 262,5 (untuk PAL 312,5).
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak,
Tiur LH.2002. Dasar-dasar Telekomunikasi. Bandung: PT. Alumni.
Suhana
dan Shigeki Shoji. 1994. Teknik Telekomunikasi. Jakarta : Pradnya
Paramita
SENARAI
Sinyal
krominansi : disebut sebagai sinyal
tingkat warna atau sinyal
krominansi (sinyal nada warna). Dan biasanya sinyal
krominansi ini dinyatakan dengan ‘F’
Sinyal
luminan : sinyal yang mengatur
terangnya gambar
Sinyal
selisih warna : merupakan sinyal yang
memberi informasi tingkat warna
serta
kejenuhan (kroma).