Apa yang disebut dengan pesawat
televisi tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Televisi merupakan suatu
perangkat pesawat yang dapat menampilkan gambar dan suara sebagaimana aslinya.
Gagasan mengirimkan gambar dengan sarana listrik sudah lama adadan dalam
perjalanannya ia melalui proses-proses penyempurnaan sehingga akhirnya dapat
dihasilkan sebagaimana yang ada sekarang ini. Lebih dari itu, sebenarnya apa
yang disebut televisi tidak selalu diperlukan adanya keterlibatan hubungan
radio, tabung sinar katoda, maupun frekwensi tinggi. Namun demikian untuk
jenis-jenis pesawat televisi konvensional ketiga unsur tersebut selalu ada
didalamnya.
Untuk itu pada bab ini mahasiswa
diajak untuk memahami tentang azas dasar dari apa yang disebut televisi pengertian
dari scanning/penelusuran dalam pesawat TV, intensitas cahaya pada pesawat TV,
daya tangkap mata manusia, frekuensi dan channel TV, jarak penerimaan TV,
kualitas gambar termasuk didalamnya adalah sinkronisasi brightness contrast dan
detail gambar, frekwensi pembawa gambar dan pembawa suara sehingga Mahasiswa dapat
mengerti bagaimana sebenarnya ide mengirimkan gambar itu bisa terlaksana
sehingga dapat menghasilkan satu perangkat pesawat yang mampu menyuguhkan pola
gambar dan suara sebagaimana aslinya.
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan azas dasar dari pesawat televisi, pengertian dari
scanning/penelusuran dalam pesawat TV, intensitas cahaya pada pesawat TV, daya
tangkap mata manusia, frekuensi dan channel TV, jarak penerimaan TV, kualitas
gambar termasuk didalamnya adalah sinkronisasi, brightness contrast dan detail
gambar, frekwensi pembawa gambar dan pembawa suara. Untuk menunjang kemampuan
tersebut mahasiswa akan diberikan latihan-latihan sehingga mahasiswa akan lebih
memahami konsep azas dasar dari pesawat televisi.
Azas Dasar Pesawat Televisi
Azas
dasar pesawat televisi dapat diibaratkan sebagai bagian kerja atau prosedur
kerja dari sebuah sel foto selenium, yaitu sebuah komponen yang kapasitas
resistansinya berubah-ubah tergantung dari jumlah cahaya yang mengenainya.
Kalau sel foto selenium ini kita susun sedemikian rupa pada suatu perakitan
untuk nantinya digunakan agar ia bisa mengumpani bola lampu filament melalui
baterai atau penguat sederhana, maka kita akan mendapatkan suatu sistem yang
mampu memancarkan perubahan-perubahan intensitas cahaya antara dua titik yang
saling berjauhan. Bila susunan dari perangkat tersebut dimodifikasi lebih
lanjut, maka dimungkinkan akan dapat membangkitkan gambar yang utuh. Ini bisa
saja terjadi kalau misalnya kita menghubungkan beberapa sel-sel foto dengan
matriks bola-bola lampu dengan
suatu susunan sedemikian rupa, kemudian masing-masing masih perlu dihubungkan
lagi dengan baterai atau dengan kata lain susunan tersebut telah berada pada
posisi yang tepat, maka nanitnya ia akan membentuk suatu perangkat dimana
gambar apapun yang difokuskan pada matriks itu akan dapat direproduksi dengan
baik pada ujung penerimaannya. Semakin banyak elemen-elemen yang digunakan pada
sisitem yang dipakai, akan semakin tajam gambar yang diperoleh. Ide seperti ini
tentu saja dapat dilaksanakan, akan tetapi menjadi tidak praktis karena dibutuhkan
banyak sambungan kawat dan banyak sekali baterai bahkan untuk dapat menampilkan
gambar yang tepat dapat mencapai 10.000 elemen. Walaupun demikian gagasan
tersebut sudah menjadi pembuka jalan bagi terciptanya televisi. Dari sini
kemudian dicari jalan untuk mendapatkan gambar dan sura yang sempurna. untuk
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pengiriman banyak arus
informasi yang dilakukan serentak, digunakan azas penelusuran.
Scanning/Penelusuran
Scanning
atau penelusuran yang pertama kali diterapkan dalam azas pertelevisian masih
bersifat konvensional. Keluaran sebanyak 10.000 elemen sebagaimana yang sudah
disebutkan diatas dihubungkan dengan titik-titik kontak oleh sebuah saklar yang
besar. Jika saklar diputar, keluaran yang berasal dari elemen sebelah kiri atas
akan tersambung lebih dahulu dengan bagian rotor, kemudian disusul dengan
elemen bagian kanan. Cara seperti ini dilakukan secara terus menerus sampai
akhir dari baris-baris pada elemen-elemen tersebut tercapai. Sesudah satu baris
penelusuran itu dicapai, dilanjutkan pada baris berikutnya dengan posisi agak
ke bawah. Begitu seterusnya sampai seluruh gambar tertelusuri. Hal ini dapat
disamakan dengan pengetikan sebuah surat pada satu lembar kertas. Pertama kali
tentu pada ujung kiri atas kemudian diteruskan ke kanan, lalu dimulai lagi pada
ujung kiri sebelah atas pada baris yang kedua sampai nanti selesai satu halaman
penuh, tentu saja penelusuran yang dilakukan dalam membentuk pola gambar pada layar
televisi tidaklah sesederhana sebagaimana mengetik sebuah surat. Namun secara
garis besarnya dapat diidentikkan dengan mengetik sebuah surat pada satu
halaman kertas. Dalam hal ini, keluaran dari rotor sakla.r terdiri atas deretan
pulsa-pulsa yang mewakili pembacaan intensitas cahaya yang mengenai setiap
elemen gambar dengan urutan yang teratur. Bila elemen yang beradadisudut kanan
bawah, yaitu elemen yang terakhir telah selesai ditelusuri, hal ini berarti
bahwa saklar telah memutari satu lingkaran penuh, kemudian siap untuk memulai
lagi dari elemen pertama yang berada disudut kiri atas.
Hal
yang terpenting dalam masalah ini adalah bahwa antara pengiriman dan
penerimaan, atau kita sebut saja antara pemancar dan penerima harus mempunyai
suatu hubungan yang tepat. Kalau hubungan tersebut benar-benar dalam keadaan
sinkron, maka nantinya akan diperolah gambar-gambar yang baik. Dalam transmisi
TV regular, yaitu sekitar tahun 1930-an, Baird membuat suratu penelusuran
dengan sistem 240 garis, tapi sejak televisi beralih pada sistem elektronik,
maka sistem tersebut segera tersingkir. Sistem elektronik ini menerapkan sistem
625 garis, baik untuk TV warna maupun hitam putih
Cahaya Yang Di Pancarkan Televisi
Ada
sebagai orang yang berpendapat bahwa pesawat TV merupakan salah satu media yang
digunakan untuk menerima berbagai informasi (berita) yang terbaik dibandingkan
dengan sarana penyampai informasi yang lain. Mengapa sura yang dapat dihasilkan
oleh pesawat televisi berbeda dengan suara yang dihasilkan oleh pesawat radio?
Pada
umumnya orang menyebut “televisi” saja. Dan siapapun yang mendengar kata
‘televisi’, sudah pasti akan tahu jenis pesawat yang bagaimana yang sedang
dibicarakan, yaitu sebuah pesawat yang mampu menanpilkan gambar dan suara
sebagaimana layar bioskop televisi sendiri berasal dari dua kata, yaitu ‘tele’
yang berarti jauh dan ‘visie’ yang berarti melihat. Jadi dengan penggabungan
dua kata tersebut menjadi televisi maka dapat diartikan ‘melihat dari jauh’. Pada
kenyataannya memang demikian. Pemancar televisi digunakan untuk merubah dan
memancarkan kembali isyarat-isyarat gambar (pemandangan, orang, mobil, dsb)
bersama-sama dengan isyarat suara bersangkutan. Sesudah semua isyarat itu
dipancarkan ke udara melalui antenna pemancar.
Selanjutnya
isyarat-isyarat itu ditangkap atau diterima oleh televisi penerima dari jarak
yang cukup jauh. Tentu saja penerimaan isyarat tersebut juga dilakukan oleh
antenna televisi penerima. Sesudah sinyal ditangkap untuk selanjutnya diubah
kembali dengan melalui beberapa proses yang dilakukan oleh komponen-komponen
pesawat televisi, sehingga apa yang dipancarkan oleh pemancar televisi dapat
dilihat dan didengar sebagaimana keadaan aslinya.
Percobaan
televisi yang pertama dilakukan sekitar tahun 1926 oleh John L. Baird. Kemudian
disusul oleh laboratorium perusahaan telepon Bell pada tahun sekitar 1927. Lalu
E.F. Alexanderson juga tak ketinggalan melakukan percobaan dan
mendemonstrasikan pemancar televisi ukuran 3 inci persegi, ini dilakukan pada
awal tahun 1928. Pesawat televisi pertama yang bekerja secara elektronik baru
mulai terdapat dalam perdagangan Amerika Serikat sekitar tahun 1939, pada waktu
itu masih menggunakan sistem gambar 441-garis. Baru dalam tahun 1941, komisi
perhubungan federal Amerika Serikat mengadakan ketetapan untuk gambar televisi,
yaitu menggunakan 525-garis. 13 tahun kemudian, yaitu antara tahun 1951 dan
1954 dibuka kanal televsi yang baru, yaitu kanal UHF (semula hanya menggunakan
kanal VHF).
Kalau
kita melihat berbagai tayangan gambar yang ditampilkan oleh tabung CRT, itu
semua sebenarnya hanyalah proses pantulan cahaya yang mengenai obyek. Sebab
dalam TV, cahaya atau bayangan pemandangan yang nantinya akan dipancarkan ke
udara, terlebih dahulu diubah menjadi bentuk impuls-impuls listrik. Impuls-impuls
listrik ini diperkuat untuk kemudian dimasukan ke gelombang pembawa, dan
seterusnya dipancarkan ke udara melalui antenna pemancar. Tentu saja gelombang
pembawa yang didalamnya sudah mengandung impuls-impuls listrik tersebut sudah
berbentuk gelombang magnet listrik, atau yang lebih dkenal dengan gelombang
electromagnet yang mempunyai frekwensi tinggi. Dan gelombang dengan frekwensi
tinggi disebut sebagi gelombang radio frequency (gelombang RF).
Sesudah
gelombang RF itu dipancarkan oleh antenna pemancar sebagaimana yang disebutkan,
maka gelombang RF ini kemudian diterima (ditangkap) oleh antenna penerima TV
dan selanjutnya disalurkan ke susunan komponen yang ada dlaam pesawat. Disini
terjadi beberapa proses perubahan bentuk yang dilakukan (dikerjakan) oleh susunan
komponen pesawat. Dari bentuk gelombang elektromagnetik, diubah menjadi cahaya
atau bayangan pemandangan dan suara sebagaimana aslinya untuk kemudian
ditampilkan melalui tabung gambar CRT dan pengeras suara.
Intensitas Cahaya
Cahaya
atau sinar merupakan sarana fital untuk dapat menangkap atau mengetahui segala
bentuk obyek benda yang hendak dibidik oleh kamera. Obyek yang hendak dibidik
terlebih dahulu harus disinari dengan cahaya yang kuat, agar pantulan dari
cahaya yang sudah mengandung bayangan obyek dapat diterima dengan jelas oleh
kamera.
Berbicara
masalah cahaya, maka sinar atau cahaya yang lepas dari sumbernya memiliki
kecepatan tertentu. Cahaya mempnyai kecepatan diudara atau ruang hampa udara +
186.000 mile/detik atau sama dengan 299.274.000 meter/detik (1 mile = 1609 meter). Besarnya
kecepatan cahaya itu dapat dibulatkan menjadi 300.000.000 meter/detik. Besarnya
kecepatan itu bukan merupakan ketetapan yang tak bisa diubah, sebab bila
gelombang RF dalam perjalanannya melalui bahan-bahan perantaraan lain, maka
kecepatan cahaya sewaktu-waktu dapat berubah.
Dalam
teknik televisi, panjang gelombang cahaya biasanya diukur dengan menggunakan
satuan milimikron.
1
milimikron = 0,001 (10-3 mikron)
1
mikron = 0,000001 (10-6 meter)
1
meter = 1.000.000 (106 mikron)
1
meter = 1.000.000.000 (109 milimikron)
Sesudah
kita mengetahui berapa besar 1 milimikron per meternya, maka untuk menyatakan
frekuensi dan panjang gelombang dapat ditulis dengan persamaan:
f = 3 x 1017/λ
f
= frekuensi dalam satuan Hertz per detik
(siklus/detik)
λ
= panjang gelombang dalam milimikron
meskipun
dalam uraian diatas telah dinyatakan bahwa gelombang cahaya mempunyai frekuensi
dan panjang gelombang seperti halnya frekuensi dan panjang gelombang pada
suara, tetapi tentu saja antara keduanya memiliki intensitas besar yang
berbeda.
Cahaya
mempunyai frekuensi yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan frekuensi
suara, dan untuk memancarkannya ke udara dalam bentuk gelombang
elektromagnetik, digunakan gelombang pembawa dengan frekuensi yang sangat
tinggi. Sistem frekuensi yang digunakan dalam televisi ada dua macam yaitu Very
High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency (UHF). Sistem VHF ini merupakan sistem
frekuensi sangat tinggi, sedangkan sistem UHF jauh lebih tinggi dibandingkan
sistem VHF.
Dalam
teknik televisi, cahaya atau sinar yang dipantulkan oleh suatu benda, nantinya
akan diterima oleh lensa tabung kamera, dan dalam tabung kamera inilah cahaya
pantulan yang sudah diterima itu diubah bentuknya menjadi impuls-impuls
listrik.
Terangnya
cahaya dari permukaan suatau benda yang terkena cahaya, yang dalam
pertelevisian disebut ‘brightness’ ditentukan oleh intensitas penyinaran cahaya
pada bidang tegak lurus terhadap cahaya dalam satuan luas. Untuk ‘brightness’ biasanya menggunakan satuan
‘stib’. 1 stib = 1 lilin per cm2. Tetapi seringkali untuk
‘brightness’ ini juga menggunakan satuan ‘lambert’. 1
lambert = 1 lumen/cm2
1
lambert = 1/λ lilin/cm2
= 1/λ stib
= 2,054 lilin/cm2
Daya Tangkap Mata Manusia
Mata
manusia mempunyai kemamuan daya tangkap yang terbatas. Semua gerakan yang ada
pada gambar yang ditampilkan tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh mata manusia.
Hal ini dikarenakan mata manusia memiliki unsur-unsur yang tidak dapat mengikuti
urutan gerak yang terjadi dalam kecepatan yang lebih dari sepuluh kali tiap
detik. Jadi kalau misalnya gambar itu bergerak dengan kecepatan melebihi yang
melebihi sepuluh kali tiap detik, maka gambar tersebut nampaknya ‘diam’.
Sebenarnya gambaran titik cahaya terang yang bergerak cepat itu telah mendustai
mata kita. Ia sebenarnya hanyalah merupakan titik cahaya dengan kecepatan gerak
yang melebihi batas daya tangkap manusia, sehingga gerakan itu nampaknya
seperti sebuah garis tipis yang mengarah horizontal. Memang sudah demikian,
bahwa seharusnya cahaya itu ditangkap sebagai sebuah bintik utuh. Tetapi karena
mata kita memiliki daya tangkap yang terbatas, maka bintik cahaya yang bergerak
diatas layar itu diterima oleh mata kita sebagai suatu deretan garis-garis
tipis rapat dengan arah horizontal.
Kalau
kita telusuri lebih jauh lagi, pada hakekatnya daya tangkap yang dapat
dilakukan oleh mata kita adalah suatu proses yang membuat mata kita mengubah
energy radiasi yang difokuskan ke dalamnya menjadi aktifitas kimia yang pada
gilirannya diteruskan ke pulsa-pulsa saraf otak. Dan disini kemudian dilaporkan
tentang segala gambar yang difokuskan ke dalam mata.
Sel-sel
optic yang paling berperan dan terlibat langsung dalam proses ini adalah ‘rod’
dan ‘cone’. Sel-sel ini bekerja melalui retina, yaitu selaput peka cahaya
tempat dimana gambar pemandangan difokuskan oleh lensa mata. ‘rod’ ini
mempunyai kemampuan untuk menangkap atau menerima kecemerlangan gambar, atau
bisa juga disebutkan bahwa ia tanggap terhadap komponen kecemerlangan
pemandangan. Sedangkan ‘cone’ mempunyai kemampuan menambah sensasi warna.
Dengan demikian antara rod dan cone merupakan dua unsur yang saling membantu.
Tentu saja kalau salah satu mengalami gangguan, dan atau beberapa saraf yang
berhubungan dengan rod dan cone mengalami gangguan atau mengalami proses kerja
yang kurang baik, maka hal ini mempengaruhi kerja mata, sehingga dayang tangkap
yang dapat diterima menjadi tidak sempurna.
Oleh
sebab waktu untuk susut tanggapan mata (optic) relatf lambat (kira-kira 80
milidetik) bila rangsangan cahaya yang menimpanya dihilangkan dengan cepat,
maka gerakan dari suatu cahaya atau obyek yang saling bergantian itu akan
menimbulkan kesan berkesinambungan. Inilah yang disebut sebagai ilusisinematografi. Sebuah bintik
cahaya yang bergerak berulang-ulang dengan arah mendatar yang sama pada suatu
tabung gambar, maka bintik cahaya itu akan nampak sebagai garis horizontal utuh
Frekuensi dan Channel Televisi
Frekuensi
atau gelombang pembawa yang digunakan dalam televisi ada dua macam yaitu VHF
dan UHF. Dengan adanya dua sstem ini maka penggunaan channel pun berbeda.
Besarnya frekuensi dari saluran-saluran untuk masing-masing Negara tidak sama.
Hal ini dikarenakan ada dua sistem yang digunakan yaitu sistem Federal
Communication Commission (FCC) yang digunakan di Amerika dan negara-negara
sekitarnya serta sistem Committee consultative International des Radio
Communication (CCIR) yang digunakan di Negara-negara Eropa.
Jarak Penerimaan
Antara
channel VHF dan UHF yang digunakan untuk membawa isyarat gambar dan suara pada
televisi, mempunyai karakteristik penjalaran sendiri-sendiri. Baik VHF maupun
UHF sama-sama merupakan gelombang radio mempunyai batas besar frekuensi yang
berbeda. Gelombang radio yang digunakan pada televisi mempunyai perilaku
seperti cahaya. Ini berarti bahwa gelombang tersebut menunjukkan adanya dampak
pemantulan dan pembiasan sebagaimana yang dilakukan oleh berkas-berkas cahaya.
Selain itu penjalaran yang dilakukan oleh VHF dan UHF seringkali sudah banyak
kehilangan kekuatan pada waktu sampai di tujuannya. Hal ini dikarenakan
banyaknya halangan yang ditemui dalam penjalarannya.
Prosedur Gelombang Radio
Bahwa
lintasan gelombang radio bergerak dalam dua arah, yaitu yang mengarah mendatar
dan disebut ‘ground wave’ dan yang mengarah ke atas dan disebut ‘sky wave’.
Untuk gelombang yang tergolong pada frekuensi menengah ia mudah untuk
dikembalikan lagi oleh ionosfer sehingga menghasilkan penerimaan jarak jauh.
Ini yang bisa dilakukan oleh gelombang ‘sky wave’. Tetapi untuk ‘ground wave’,
bagaimana juga jauhnya jarak pancaran, ia hanya dapat diterima pada penerimaan
lokal. Disamping itu jika frekuensi isyarat yang terdapat padanya meningkat,
maka keuatan ground wave makin banyak berkurang akibat kehilangan daya pada
bumi. Jika pada jalur gelombang pendek, penerimaan lokal akan cepat memudar
bersamaan dengan gelombang bumi, sedangkan untuk penerimaan jarak jauh masih
bisa ditopang oleh gelombang langit.
Untuk
jenis-jenis frekuensi yang termasuk di dalam kategori VHF dan UHF, pada umumnya
untuk gelombang bumi sudah banyak memudar meskipun masih berada di dekat
anatena pemancar. Tetapi karena antenna pemancar sendiripun sudah dirancang
sedemikian rupa, maka ia bukan saja untuk menacarkan gelombang langit (sky
wave) tetapi digunakan juga untuk memberikan gelombang angkasa atau yang
disebut sebagai ‘space wave’, dimana gelombang ini cenderung untuk menyusuri
permukaan bumi. Hal ini bisa saja terjadi karena sistem antenna yang digunakan
biasanya dipasang dipuncak tiang yang tingginya beberapa panjang gelombang
diatas permukaan bumi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gelombang
angkasalah (space wave) yang digunakan untuk televisi dan pelayanan VHF serta
UHF.
Brightness, Contrast, dan Detail Gambar
Ketajaman
vertical dari suatu gambar televisi diatur oleh jumlah garis telusur menurut
standard garis untuk masing-masing Negara. Sedangkan ketajaman horizontal
diatur oleh kecepatan yang digunakan untuk kecerlangan bintik telusur, dan ini
dapat berubah-ubah oleh lebar jalur sistem. Oleh karena itulah untuk ketajaman
vertical bisa saja dinaikan hanya dengan meningkatkan jumlah garis. Sedangkan
mengenai ketajaman horizontal bisa menjadi sangat buruk. Selain dari
penghapusan ‘efek garis’ tidak banyak lagi yang bisa diperoleh dalam
meningkatkan ketajaman vertical suatu gambar hanya dengan meningkatkan jumlah
garis diluar harga yang telah ditetapkan oleh ketajaman horizontal dan lebar
jalur. Bila jumlah garis ditingkatkan tanpa disertai dengan peningatan lebar
jalur yang sesuai, maka ketajaman seluruh gambar akan menjadi rusak.
Dalam
setiap televisi penerima sudah pasti dilengkapi dengan pengatur brightness dan
contrast. Baik pengatur yang berada diluar maupun didalam. Apa yang disebut
brightness tidak lain adalah merupakan intensitas penyinaran cahaya rata-rata, dan ia menetukan derajat
ketinggian (level) cahaya pada latar-belakang dari gambar yang direproduksi,
intensitas dari penyinaran cahaya ini (brightness) setidaknya harus cukup kuat
agar nantinya gambar dapat dilihat dengan mudah dalam ruangan yang mempunyai
penerangan normal.
Bagian
yang menentukan kurang dan tidaknya brightness pada layar tabung gambar
televisi adalah:
- Tinggi
tegangan anoda kedua dari tabung gambar televisi.
- Bias
tegangan DC dalam sirkuit kisi-katoda tabung gambar.
Karena
untuk menentukan tinggi rendahnya brightness pada layar tabung gambar televisi
penerima ini adalah tegangan-tegangan sebagaimana yang disebutkan, maka untuk
televisi penerima bagian brightness ini dapat diatur dengan cara mengubah-ubah tegangan
bias DC tersebut. Dan pengaturan itu dapat dilakukan dengan mudah karena untuk
setiap televisi penerima sudah disertai dengan sarana-sarana pengatur yang terdapat
pada panel depan ataupun bagian dalam.
Kalau
pada bagian brightness tegangan DC yang menentukan, maka untuk bagian
‘contrast’ adalah perbedaan antara bagian hitam dan putih dari gambar yang
di-reproduksi. Agar dapat menghasilkan gambar yang baik pada televisi
penerima, seidaknya harus mempunyai cukup contrast yang tinggi atau memadai.
Contrast yang terlalu sedikit atau kurang akan berarti bahwa gambar
bersangkutan lemah. Bisa dilihat dengan jelas tanda-tanda gambar bersangkutan
tampak tipis dan lembut serta kelihatan kabur. Tapi jika kontras itu melebihi
semestinya maka gambar terlihat menyolok dengan warna abu-abu berkurang (dapat
juga dikatakan gambar dalam keadan cacat). Kontras ini juga sama dengan
brightness. Ia dapat diatur melalui sarana yang terdapat pada panel depan yang
biasanya berupa potensiometer. Dengan jalan mengatur sarana tersebut, bererti
melakukan pengaturan tinggi rendahnya tegangan sinyal AC yang masuk ke katoda
tabung gambar. Kontras mempunyai hubungan yang erat sekali dengan brightness
sebab hitam dan putihnya latar belakang gambar juga tergantung pada brightness.
Banyaknya
elemen gambar yang ditelusur (di-scan) menentukan kualitas gambar. Perincian
gambar yang sekecil-kecilnya atau yang disebut sebagai ‘detail gambar’ akan
nampak lebih jelas bila elemen-elemen gambar yang di-scan cukup kecil dan cukup
banyak. Makin banyak elemen gambar yang di-scan akan semakin jelas pula gambar
yang dihasilkan.
Biasanya
apa yang disebut sebagai detail gambar juga disebut dengan “resolusi” atau
‘definisi’ gambar. Jumlah detail gabar secara maksimum sangat menentukan ukuran
rangka gambar, karena untuk detail gambar itu sendiri juga tergantung dari
banyaknya garis-garis scanning dan ukuran lebar band dari channel transmisi.
Perbandingan Frekwensi Pembawa Gambar dan Pembawa
Suara
Sesudah
kita menelusuri secara garis besarnya, maka untuk mempermudah kita dalam
memahami apa yang sudah diterangkan (mengingat adanya perbedaan antara sistem
FCC dan CCIR) serta sebelum kita memahami azas kerja dari televisi penerima
kita perlu untuk melihat perbedaan banyaknya garis-garis scanning, frekuensi
rangka gambar antara sistem FCC dan CCIR
Federal
Communication Commission (FCC)
- Frekuensi
rangka gambar/frame = 30
- Frekuensi
medan gambar = 60
- Banyaknya
garis pada medan gambar = 262,5
- Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 525
- Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap
detik = 15,750
- Lebar
channel (saluran) = 6 MHz
- Frekuensi
channel untuk VHF = 2-13
Comitte
Consutatif International des Radio Communication (CCIR)
- Frekuensi
rangka gambar/frame = 25
- Frekuensi
medan gambar = 50
- Banyaknya
garis pada tiap medan gambar = 312,5
- Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 625
- Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap detik
= 15,625
- Lebar
channel (saluran) = 7 MHz
- Frekuensi
channel untuk VHF = 1-9
Pada
sistem FCC, saluran diatas 13 baru masuk pada jalur kanal UHF dengan frekuensi
antara 470 MHz- 890 MHz. sedangkan untuk sistem CCIR, channel 10 ke atas sudah
termasuk dalam kanal UHF dengan frekuensi sama seperti FCC. Dengan melihat
perbedaan antara frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara sebagaimana yang
telah disebutkan, maka untuk sistem FCC adalah 4,5 MHz, sedangkan untuk sistem
CCIR adalah 5,5 MHz. perbedaan sinyal pembawa gambar dan sinyal pembawa suara
tidak penah berubah meskipun dalam saluran yang berbeda-beda.
PENUTUP
A. Rangkuman
1. Azas
dasar pesawat televisi dapat diibaratkan sebagai bagian kerja atau prosedur
kerja dari sebuah sel foto selenium, yaitu sebuah komponen yang kapasitas
resistansinya berubah-ubah tergantung dari jumlah cahaya yang mengenainya.
2. kata
‘televisi’, sudah pasti akan tahu jenis pesawat yang bagaimana yang sedang
dibicarakan, yaitu sebuah pesawat yang mampu menanpilkan gambar dan suara
sebagaimana layar bioskopelevisi sendiri berasal dari dua kata, yaitu ‘tele’
yang berarti jauh dan ‘visie’ yang berarti melihat. Jadi dengan penggabungan
dua kata tersebut menjadi televisie maka dapat diartikan ‘melihat dari jauh’.
Pada kenyataannya memang demikian. Pemancar televisi digunakan untuk merubah
dan memancarkan kembali isyarat-isyarat gambar (pemandangan, orang, mobil, dsb)
bersama-sama dengan isyarat suara bersangkutan. Sesudah semua isyarat itu
dipancarkan ke udara melalui antenna pemancar.
3. Selanjutnya
isyarat-isyarat itu ditangkap atau diterima oleh televisi penerima dari jarak
yang cukup jauh. Tentu saja penerimaan isyarat tersebut juga dilakukan oleh
antenna televisi penerima. Sesudah sinyal ditangkap untuk selanjutnya diubah
kembali dengan melalui beberapa proses yang dilakukan oleh komponen-komponen
pesawat televisi, sehingga apa yang dipancarkan oleh pemancar televisi dapat
dilihat dan didengar sebagaimana keadaan aslinya.
4. Cahaya
mempnyai kecepatan diudara atau ruang hampa udara + 186.000 mile/detik atau
sama dengan 299.274.000 meter/detik (1 mile = 1609 meter). Besarnya kecepatan
cahaya itu dapat dibulatkan menjadi 300.000.000 meter/detik. Besarnya kecepatan
itu bukan merupakan ketetapan yang tak bisa diubah, sebab bila gelombang RF
dalam perjalanannya melalui bahan-bahan perantaraan lain, maka kecepatan cahaya
sewaktu-waktu dapat berubah.
5. waktu
untuk susut tanggapan mata (optic) relatf lambat (kira-kira 80 milidetik) bila
rangsangan cahaya yang menimpanya dihilangkan dengan cepat, maka gerakan dari
suatu cahaya atau obyek yang saling bergantian itu akan menimbulkan kesan berkesinambungan.
Inilah yang disebut sebagai ilusisinematografi.
Sebuah bintik cahaya yang bergerak berulang-ulang dengan arah mendatar yang
sama pada suatu tabung gambar, maka bintik cahaya itu akan nampak sebagai garis
horizontal utuh.
6. Frekuensi
atau gelombang pembawa yang digunakan dalam televisi ada dua macam yaitu VHF
dan UHF. Dengan adanya dua sstem ini maka penggunaan channel pun berbeda.
7. perbedaan
banyaknya garis-garis scanning, frekuensi rangka gambar antara sistem FCC dan
CCIR
Federal
Communication Commission (FCC)
a. Frekuensi
rangka gambar/frame = 30
b. Frekuensi
medan gambar = 60
c. Banyaknya
garis pada medan gambar = 262,5
d. Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 525
e. Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap
detik = 15,750
f. Lebar
channel (saluran) = 6 MHz
g. Frekuensi
channel untuk VHF = 2-13
Comitte
Consutatif International des Radio Communication (CCIR)
a. Frekuensi
rangka gambar/frame = 25
b. Frekuensi
medan gambar = 50
c. Banyaknya
garis pada tiap medan gambar = 312,5
d. Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 625
e. Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap
detik = 15,625
f. Lebar
channel (saluran) = 7 MHz
g. Frekuensi
channel untuk VHF = 1-9
B. Latihan / test
1. Jelaskan
proses scanning atau penelusuran yang pertama kali diterapkan dalam azas
pertelevisian!
2. Jelaskan
sejarah bagaimana televisi dicoba untuk pertama kalinya!
3. Apa
yang dimaksud dengan ilusisinematografi?
4. Jelaskan
peranan brightness, contrast, dan detail gambar dalam teknik televisi!
5. Sebutkan
perbedaan sistem FCC dengan CCIR dalam hal perbedaan banyaknya garis-garis
scanning, frekuensi rangka gambar!
C. Kunci Jawaban
1. Scanning
atau penelusuran yang pertama kali diterapkan dalam azas pertelevisian masih
bersifat konvensional. Keluaran sebanyak 10.000 elemen sebagaimana yang sudah
disebutkan diatas dihubungkan dengan titik-titik kontak oleh sebuah saklar yang
besar. Jika sakalr diputar, keluaran yang berasal dari elemen sebelah kiri atas
akan tersambung lebih dahulu dengan bagian rotor, kemudian disusul dengan
elemen bagian kanan. Cara seperti ini dilakukan secara terus menerus sampai
akhir dari baris-baris pada elemen-elemen tersebut tercapai. Sesudah satu baris
penelusuran itu dicapai, dilanjutkan pada baris berikutnya dengan posisi agak
ke bawah. Begitu seterusnya sampai seluruh gambar tertelusuri.
2. Percobaan
televisi yang pertama dilakukan sekitar tahun 1926 oleh John L. Baird. Kemudian
disusul oleh laboratorium perusahaan telepon Bell pada tahun sekitar 1927. Lalu
E.F. Alexanderson juga tak ketinggalan melakukan percobaan dan
mendemonstrasikan pemancar televisi ukuran 3 inci persegi, ini dilakukan pada
awal tahun 1928. Pesawat televisi pertama yang bekerja secara elektronik baru
mulai terdapat dalam perdagangan Amerika Serikat sekitar tahun 1939, pada waktu
itu masih menggunakan sistem gambar 441-garis. Baru dalam tahun 1941, komisi
perhubungan federal Amerika Serikat mengadakan ketetapan untuk gambar televisi,
yaitu menggunakan 525-garis. 13 tahun kemudian, yaitu antara tahun 1951 dan
1954 dibuka kanal televsi yang baru, yaitu kanal UHF (semula hanya menggunakan
kanal VHF).
3. waktu
untuk susut tanggapan mata (optic) relatf lambat (kira-kira 80 milidetik) bila
rangsangan cahaya yang menimpanya dihilangkan dengan cepat, maka gerakan dari
suatu cahaya atau obyek yang saling bergantian itu akan menimbulkan kesan
berkesinambungan. Inilah yang disebut sebagai ilusisinematografi. Sebuah bintik cahaya yang bergerak
berulang-ulang dengan arah mendatar yang sama pada suatu tabung gambar, maka
bintik cahaya itu akan nampak sebagai garis horizontal utuh.
4. Dalam
setiap televisi penerima sudah pasti dilengkapi dengan pengatur brightness dan
contrast. Baik pengatur yang berada diluar maupun didalam. Apa yang disebut
brightness tidak lain adalah merupakan intensitas penyinaran cahaya rata-rata, dan ia menetukan derajat
ketinggian (level) cahaya pada latar-belakang dari gambar yang direproduksi, intensitas
dari penyinaran cahaya ini (brightness) setidaknya harus cukup kuat agar
nantinya gambar dapat dilihat dengan mudah dalam ruangan yang mempunyai
penerangan normal.
Bagian yang menentukan kurang dan
tidaknya brightness pada layar tabung gambar televisi adalah:
- Tinggi
tegangan anoda kedua dari tabung gambar televisi.
- Bias
tegangan DC dalam sirkuit kisi-katoda tabung gambar.
Karena untuk menentukan tinggi rendahnya
brightness pada layar tabung gambar televisi penerima ini adalah
tegangan-tegangan sebagaimana yang disebutkan, maka untuk televisi penerima
bagian brightness ini dapat diatur dengan cara mengubah-ubah tegangan bias DC
tersebut. Dan pengaturan itu dapat dilakukan dengan mudah karena untuk setiap
televisi penerima sudah disertai dengan sarana-sarana pengatur yang terdapat pada
panel depan ataupun bagian dalam. Kalau pada bagian brightness tegangan DC yang
menentukan, maka untuk bagian ‘contrast’ adalah perbedaan antara bagian hitam
dan putih dari gambar yang di-reproduksi.
Agar dapat menghasilkan gambar yang
baik pada televisi penerima.
5. perbedaan
banyaknya garis-garis scanning, frekuensi rangka gambar antara sistem FCC dan
CCIR
Federal
Communication Commission (FCC)
a. Frekuensi
rangka gambar/frame = 30
b. Frekuensi
medan gambar = 60
c. Banyaknya
garis pada medan gambar = 262,5
d. Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 525
e. Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap
detik = 15,750
f. Lebar
channel (saluran) = 6 MHz
g. Frekuensi
channel untuk VHF = 2-13
Comitte
Consutatif International des Radio Communication (CCIR)
a. Frekuensi
rangka gambar/frame = 25
b. Frekuensi
medan gambar = 50
c. Banyaknya
garis pada tiap medan gambar = 312,5
d. Banyaknya
garis scanning horizontal untuk tiap rangka gambar = 625
e. Banyaknya
garis scanning horizontal tiap detik, atau banyaknya frekuensi horizontal tiap
detik = 15,625
f. Lebar
channel (saluran) = 7 MHz
g. Frekuensi
channel untuk VHF = 1-9
DAFTAR PUSTAKA
Panduan
Reparasi Peralatan Televisi Warna, 1992, CV Aneka, Solo
Suhana dan Shigeki Shoji. 1994. Teknik
Telekomunikasi. Jakarta: Pradnya Paramita
SENARAI
Brightness : Terangnya cahaya dari
permukaan suatau benda yang
terkena
cahaya, yang dalam pertelevisian. Merupakan
intensitas
penyinaran cahaya rata-rata, dan ia menetukan
derajat
ketinggian (level) cahaya pada latar-belakang dari
gambar
yang direproduksi
Contrast
: adalah perbedaan
antara bagian hitam dan putih dari
gambar
yang di-reproduksi.
CCIR :
Committee consultative International des Radio
Communication
merupakan sistem standar yang
digunakan
di Negara-negara Eropa.
FCC
:
Federal Communication Commission yaitu sistem standar
dalam
televisi yang digunakan di Amerika dan negara-
negara
sekitarnya serta
Ilusisinematografi :
adalah gerakan dari suatu cahaya atau obyek yang saling
bergantian
itu akan menimbulkan kesan kesinambungan.
Resolusi :
merupakan istilah yang dipakai untuk detail gambar
VHF :
Very High Frequency, merupakan sistem frekuensi sangat
tinggi
UHF :
Ultra High Frequency, merupakan sistem frekuensi yang
jauh lebih
tinggi dari VHF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar